Hai teman-teman, hari ini saya mendapatkan pelajaran kehidupan yang sangat berharga yang saya ambil dari pasien di rumah sakit tempat saya praktek.
Saya akan menceritakan kronologis kejadiannya:
Pasien A:
Seorang ibu berusia 27 tahun baru berjuang melahirkan anak pertamanya. Setelah si anak lahir, kemudian ari-arinya lahir dengan selamat. Namun beberapa jam setelah kelahiran anaknya, kontraksi rahim ibu tidak bagus sehingga menimbulkan pendarahan, bidan curiga ada sisa ari-ari yang masih menempel di rahim ibu. Telah dicoba berbagai macam terapi medis untuk menghentikan pendarahannya, namun klinik tidak sanggup lagi menangani kasus ibu ini, lalu akhirnya 6 jam setelah persalinan, ibu di bawa ke RS.
Di RS keadaan pasien semakin buruk, tekanan darahnya sangat rendah, tanda bahwa si ibu kehilangan banyak darah, saat saya sentuh perutnya ternyata kontraksi rahim ibu masih buruk, rahim lembek, kurang bisa diraba, rupanya ini yang menyebabkan pendarahan itu.
Ini adalah hari Sabtu pagi, hari dimana dokter kandungan biasanya jarang praktek. Namun hanya selang 2 menit dari kedatangan dr. E Sp.OG (spesialis kandungan), datanglah si pasien perdarahan ini (mujizat Allah SWT). Kebetulan kamar operasi saat itu kosong (mujizat Allah SWT). Kebetulan dokter anestesi/bius masih berada di RS setelah ada operasi bedah (mujizat), hari sabtu jarang ada operasi bedah. Karena ada dokter kandungan dan dokter anestesi, maka operasi dapat dilakukan segera. Kadar Hb si ibu 5,1 mg/dl sebelum dilakukan operasi kuret, sehingga keluarga pasien harus mencari darah untuk transfusi segera (RS tidak punya bank darah sehingga keluarga pasien harus mengambil darah di PMI). Golongan darah ibu B, golongan darah B termasuk langka, tapi 5 kantong darah bergolongan B hari itu ada di PMI (Mujizat). Operasi ini tidak memberikan hasil yang baik karena pendarahan kerap terjadi, sehingga Hb ibu kini tinggal 3mg/dl, tensi ibu sangat rendah, ibu tidak sadarkan diri karena kekurangan darah, sementara darah yang akan ditransfusi belum sampai ke RS. Dokter kandungan memanggil keluarga pasien A untuk memberitahu kemungkinan bahwa pasien bisa meninggal. Suami pasien masih berada di luar kota dan baru sampai tengah malam, jadi dipanggillah ibu dari pasien A. Sang ibu pasien sangat syok, sangat bingung. Dokter kandungan bilang, dia bisa lakukan operasi pengangkatan rahim namun resikonya si pasien bisa meninggal di meja operasi, jika tidak dilakukan pengangkatan rahim resikonya juga si pasien bisa meninggal. Akhirnya si ibu dari pasien A melanjutkan ikhtiarnya, dia setuju si pasien diangkat rahimnya walaupun ini bisa membuat anaknya meninggal. Saat operasi baru dimulai, darah dari PMI datang (mujizat) dan pasien dioperasi. Saya ikut menjadi asisten dr. E saat operasi ini. Melihat bentuk rahim yang sangat lembek dan berwarna sangat pucat, tidak mungkin ibu ini akan selamat namun saat operasi hampir selesai, pasien membuka matanya (mujizat), hal ini sangat mengejutkan si dokter anestesi sehingga kami semua sangat mengharapkan kesembuhan ibu. Saat itu baru 3 kantong darah yang masuk, namun kondisi ibu lumayan (mujizat). Setelah selesai operasi, pasien dirawat di ruang intensif. Karena saya dokter jaga pada hari itu dinas 24 jam, maka saya yang bertugas mengobservasi pasien di ruangan. Seharusnya saya lelah dan mengantuk hari itu karena tenaga terpakai saat operasi dan observasi pasien lain, namun kali ini saya tidak mengantuk (mujizat), saya sangat segar, hingga jam 4.30 subuh saya masih berada di ruang intensif mengawasi pasien (mujizat). Hampir jam 9 pagi, sebelum pulang saya sempatkan mengecek keadaan si pasien A. Saya sangat bersyukur bahwa kini tekanan darah pasien sangat stabil, tidak tampak perdarahan aktif setelah operasi, pasien sadar dan kulit tampak cerah, tangan kaki pasien yang tadinya dingin sudah hangat, bahkan nadinya pun kuat. Total darah yang ditransfusikan adalah 7 kantong.
Hari ini saya tidak sedang praktek di RS, salah seorang perawat memberi tahu saya bahwa keadaan pasien A baik dan besok bisa pindah ke ruang perawatan biasa. Alhamdulillah.
Pelajaran yang saya petik:
- Jika kematian pasien A ditakdirkan dihari itu, maka pasti dia sudah meninggal. Namun Allah belum menakdirkan pasien itu meninggal dan memberikan pertolonganNya sehingga pasien selamat. Saat pasien datang, kebetulan ada dokter kandungan. Saat butuh darah golongan B, darah yang langka itu tersedia di PMI. Saat seharusnya dokter jaga ruangan lelah dan mengantuk, Allah membuat sang dokter sehat dan segar sehingga dapat mengawasi pasien dengan baik.
- Bisa saja Allah mengambil nyawa pasien A, mungkin dengan cara membuat dokter kandungannya tidak datang, mungkin dengan membuat PMI tidak ada stok darah dan cara-cara lainnya. Namun, takdir umur pasien A masih panjang, sehingga Allah membuat skenario untuk menolong pasien.
- Jika kita ditakdirkan untuk meninggal, maka apapun usaha kita, sekeras apapun kita berjuang, pasti hari itu kita akan meninggal. Namun jika kita ditakdirkan belum akan meninggal, maka bantuan Allah datang, seberat apapun penyakit atau musibah yang kita derita.
- Tetaplah berikhtiar, berusaha untuk sembuh atau keluar dari masalah yang menimpa kita karena bisa saja ikhtiar itu menolong dan menghapus kesalahan kita dimasa lalu.
Terima kasih sharenya dok..
ReplyDeleteini merupakan inspirasi luar biasa bagi kita semua, kita harus yakin bahwa kesembuhan terjadi atas ijin Allah Subhanahu wa Ta'ala, tidak peduli seberapa parahnya penyakit, jika Allah telah Berkendak, kesembuhan pasti terjadi..
betul pak sucipto, kita diharuskan selalu tawakal, seberapapun parahnya penyakit. Terima kasih sudah membaca tulisan di blog saya.
Delete