Sebelum Anda dioperasi, dokter yang baik akan menerangkan bagaimana jalannya operasi, apa yang dilakukan step by step pada anda, dan komplikasi-komplikasi apa saja yang mungkin terjadi.Pada kesempatan ini, saya membahas tentang komplikasi yang bisa terjadi pada operasi Caesar.
Organ2 sekitar rahim terlukai
Usus besar, kandung kemih dan saluran kencing bisa saja terlukai pisau bedah saat operasi Caesar, karena organ2 ini letaknya berdekatan. Selain itu, syaraf juga bisa terlukai. Namun kejadian ini sangat jarang terjadi.
Saat dinding
rahim Anda dibuka, bayi bisa terlukai.
Perdarahan
Saat operasi perdarahan
terjadi akibat sayatan atau tertinggalnya sisa plasenta, namun perdarahan dapat
terjadi lebih lanjut jika kontraksi rahim tidak baik setelah plasenta
dilahirkan. Anda akan mendapatkan transfusi darah, atau jika saat operasi
terjadi perdarahan berat, maka pada kasus ekstrim akan dilakukan pengangkatan
rahim.
Karena saat
pembedahan dokter melakukan manipulasi organ dengan alat-alat (misalnya
mendorong kandung kencing supaya tidak ikut tersayat saat membuka dinding
rahim), hal ini dapat menyebabkan otot2 saluran kencing terganggu, akibatnya
kandung kencing tidak sepenuhnya kosong setelah Anda buang air kecil. Obat anestesi dan penghilang rasa sakit juga
bisa menyebabkan problem ini. Gejala yang bisa dirasakan pasien misalnya
keluarnya beberapa tetes air seni saat batuk, tertawa atau mengejan
(inkontinensia urin). Gejala yang berat bisa terjadi, yaitu pasien tidak dapat
BAK (retensi urin). Pada kasus seperti ini, akan dipasang selang kateter untuk
membantu mengeluarkan urin. Masalah ini akan berangsur-angsur pulih saat otot2
panggul dan saluran kencing sudah beradaptasi.
Untuk menghindari masalah ini, biasakan melakukan latihan otot dasar
panggul.
Infeksi dapat
terjadi misalnya karena kurangnya sterilitas alat-alat operasi, adanya retensi
urin, luka operasi yang terkontaminasi atau melalui transfusi darah. Infeksi
bakteri pada umumnya dapat ditangani baik dengan antibiotik.
Resiko
perlengketan plasenta pada rahim (plasenta akreta) meningkat pada ibu yang
menjalani operasi Caesar. Perlengketan juga bisa terjadi jika darah, jaringan
plasenta atau jaringan rahim (endometrium) tertinggal dan menempel pada usus atau
organ dalam lainnya.
Obat bius
membuat otot-otot berelaksasi selama operasi, dimikian pula dengan otot-otot
pembuluh darah. Hal ini membuat aliran darah melambat, konsekuensinya adalah
resiko pembentukan trombus dan emboli meningkat. Trombus adalah bekuan darah
yang dapat menyumbat aliran darah. Bekuan darah ini dapat terbawa aliran darah
sehingga menyumbat pembuluh darah di kaki, paru-paru, otak atau jantung. Hal ini
bisa berakibat fatal, misalnya jika penyumbatan di otak dan jantung, maka dapat
menimbulkan kematian. Kejadian ini amat sangat jarang terjadi. Di jerman,
sebelum pasien dioperasi Caesar, pasien dipakaikan kaus kaki khusus
anti-trombus, setelah operasi diberikan suntikan pencegah thrombus dan pasien segera
dimobilisasi, hari ke-5 pasca operasi pasien boleh pulang.
Ini terjadi apabila
cairan ketuban beserta komponennya masuk ke dalam aliran darah ibu dan
menyumbat pembuluh darah. Emboli air ketuban dapat terjadi pada persalinan
normal ataupun operasi Caesar, karena pada saat persalinan terdapat banyak
pembuluh darah yang terbuka. Kejadian ini amat sangat jarang terjadi.
Dengan adanya artikel
ini, bukan untuk menakut-nakuti ibu yang akan menjalani operasi Caesar, namun
untuk menginformasikan bahwa tindakan operasi Caesar bukannya tanpa resiko dan
komplikasi. Adanya penjelasan oleh dokter akan menepis tuduhan malapraktik bila
terjadi komplikasi seperti di atas.
Salam sehat :)
No comments:
Post a Comment