Bila pada 3 bulan terakhir kehamilan (di atas 24 minggu umur kehamilan) muncul gatal2 yang awalnya mulai dari telapak tangan dan kaki, lalu ke seluruh badan, cobalah berkonsultasi ke dokter, karena ini bisa saja tanda awal dari gangguan cairan empedu yang disebut Kolestasis.
Kolestasis adalah sulit atau gagalnya cairan empedu di keluarkan ke usus 12 jari atau duodenum karena lambatnya pompa dari saluran empedu. Ini dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron yang memperlambat semua peristaltik saluran-saluran pencernaan termasuk lambung, usus dan saluran empedu. Karena aliran cairan empedu lambat, cairan tersebut masuk ke dalam darah, sampai ke kapiler-kapiler di kulit, sehingga cairan ini mengiritasi kulit, akibatnya timbul rasa gatal.
Rasa gatal tersebut sangat parah, sehingga anda belum puas sampai kulit terluka atau berdarah. Selain rasa gatal, warna urin juga menjadi gelap, sedangkan warna kotoran/feses yang biasanya berwarna gelap, menjadi pudar.
Ikterus atau warna kulit agak kekuningan seperti pada penyakit hepatitis timbul belakangan, yaitu 3-4 minggu setelah gejala gatal-gatal. Tidak semua pasien mengalami ikterus, hanya 25% saja. Gejala ikterus ini akan diikuti gejala-gejala lain, seperti mual muntah, sakit perut bagian atas
Kolestasis yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kerja hati misalnya untuk memproduksi zat-zat pembekuan darah. Ini meningkatkan resiko perdarahan saat melahirkan (jarang). Pada ibu yang pernah menderita kolestasis, maka resiko untuk terkena kolesistasis pada kehamilan berikutnya adalah 40-70%. Ibu hamil yang menderita kolestasis juga beresiko kena batu empedu, karena akumulasi cairan empedu yang mengendap. Kolestasis juga bisa didapat karena faktor genetik/keturunan dari ibu atau kehamilan kembar.
Tidak hanya mempengaruhi ibu, kolestasis juga mempengaruhi perkembangan janin. Sebanyak 20% beresiko lahir prematur. Selain itu juga gangguan pernafasan, keluarnya mekonium dan kematian janin. Penyebabnya adalah karena asam empedu yang masuk ke aliran darah dapat mencetuskan kontraksi vena-vena pada plasenta, juga meningkatkan sensitivitas otot rahim terhadap hormon oksitosin (hormon yg menyebabkan kontraksi rahim). Cairan empedu yang masuk ke dalam aliran darah janin juga menyebabkan motilitas/pergerakan kolon, sehingga janin terlalu dini buang air besar/ mekonium saat masih dalam rahim.
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis kolestasis:
- meningkatnya kadar enzim hati (GOT/GPT). Biasanya kadar GPT 250-500 U/L
- meningkatnya kadar Gamma GT
- Quick menurun atau PPT memanjang (Tanda kurangnya faktor pembekuan darah)
- serum bile acid > 40 μmol/L (diperiksa dalam keadaan puasa)
Pengobatan yang paling manjur pada bumil dengan kolestasis adalah melahirkan. Semua hormon-hormon kehamilan akan menurun setelah melahirkan, semua gejala akan berangsur-angsur membaik.
Untuk mengurangi rasa gatal dapat balur dengan krim berkadar lemak tinggi (body butter).
Alhamdulillah sudah ada tablet ursodeoxycholic acid (UDCA) untuk memperbaiki kelebihan cairan empedu ini. Dosis 10-15 mg/Kg BB perhari.
Merek dagang UDCA.
- Ursoplus
- Ursoflor
- Ursodiol
- Ursobil
- Uliv
- Ursodil
Selain UDCA, terapi alternatif lainnya adalah Dexamethason 12 mg/hari selama seminggu (Sekaligus sebagai profilaktik sindrom distress pernafasan). Terapi dengan Cholestyramin 8 g/hari (@Questran) harus hati-hati (dapat memperburuk defisiensi vitamin K). Sebaiknya janin dipantau teratur dengan CTG.
:)
No comments:
Post a Comment